Selasa, 14 Oktober 2014
Jumat, 19 September 2014
Butuh Sayur, Hidroponik Alternatif Solusinya
Melihat,
mendengar dan membaca berita-berita di berbagai media massa, baik
elektronik maupun media cetak bagaimana masalah-masalah pangan sering
menjadi pemberitaan yang diulas, bagaimana masalah pertumbuhan penduduk
yang semakin tidak terkendali, tidak diimbangi dengan pertumbuhan lahan
pertanian sebagai suplai pangan, terlebih semakin tingginya permintaan
akan pangan terutama sayuran segar dan kesadaran masyarakat akan
konsumsi sayuran sehat meningkat. Salah satu solusinya adalah
berbudidaya secara hidroponik yang mulai muncul sebagai alternatif
pertanian lahan terbatas. Sistem budidaya hidroponik kini telah
menampakkan hasil yang cukup signifikan pada tingkat peneliti meskipun
ditingkat petani masih terbatas penerapannya.
Hidroponik berasal dari bahasa Yunani
yaitu hydro yang berarti air, dan ponos yang berarti daya . Dalam bahasa
inggris “Hydroponic” juga dikenal dengan istilah soilless culture, atau
bisa diartikan sebagai budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah sama
sekali. Media tanah diganti dengan berbagai media tanam baik organik
seperti sekam bakar, cocopeat, serbuk gergaji, akar pakis, maupun
anorganik seperti rockwool, busa, batu bata, pasir, clay, maupun
hydrogel. Berbagai media yang digunakan bukanlah tanah, sehingga nutrisi
yang diperlukan tanaman berbentuk larutan. Kelebihan budidaya secara
hidroponik ini selain dapat dibudidayakan di lahan yang terbatas, juga
rasanya yang lebih renyah dikarenakan dibudidaya secara tertutup dan
tidak menggunakan pestisida, selain kebutuhan yang ada tersebut, ada
beberapa kekurangan seperti biaya investasi awal dalam pembelian kit
hidroponik yang cukup tinggi dan juga ada beberapa sistem yang
memerlukan listrik dalam pengoperasiannya.
Perkembangan teknologi budidaya
hidroponik ini mendapat perhatian dari Badan Ketahanan Pangan dan
Penyuluhan melalui UPTB Bapeltan Kalimantan Timur yang merupakan lembaga
pemberi fasilitas dan pengajaran bagi SDM pertanian khususnya di
lingkup pertanian Kalimantan Timur. Penyuluh pertanian di kalimantan
timur merupakan salah satu lembaga atau ujung tombak dalam kemajuan di
sektor pertanian, maka perlu ditingkatkan kemampuan dari segi SDM
khususnya Teknologi Budidaya Hidroponik (sayur-sayuran) sehingga UPTB
Bapeltan Kalimantan Timur menyelenggarakan pelatihan budidaya tanaman
hortikultura secara hidroponik bagi penyuluh pada tanggal 25-31 Agustus
2013.
Tujuan penyelenggaraan pelatihan
budidaya tanaman hortikultura secara hidroponik adalah untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap bagi penyuluh sebagai
pendamping petani tentang budidaya tanaman hidroponik dalam hal ini
sayur-sayuran, selain itu diharapkan mampu memberikan motivasi kepada
petani di wilayah kerjanya, agar dapat melaksanakan budidaya tanaman
hidroponik sehingga pendapatan keluarga tani dapat meningkat.
Sumber : http://bapeltankaltim.com/butuh-sayur-hidroponik-alternatif-solusinya/ (10 Maret 2014)
Sistem Tanam Vertikultur bagi Tanaman Organik
Pada saat ini, lahan di perkotaan sudah
mulai terbatas, sehingga masyarakat di perkotaan mulai kekurangan ruang
untuk bersentuhan dengan budidaya pertanian. Maka dengan perkembangan
ilmu pengetahuan yang semakin meningkat, diciptakan sistem inovasi
pertanian baru dengan pola tanam ke atas yaitu vertikultur. Sistem
budidaya pertanian secara vertikal atau bertingkat ini merupakan
konsep penghijauan yang cocok untuk daerah dengan lahan terbatas.
Misalnya, lahan 1 meter mungkin hanya bisa untuk menanam 5
batang tanaman, dengan sistem vertikal bisa untuk 20 batang
tanaman. Sementara itu, vertikultur organik adalah budidaya tanaman
secara vertikal dengan menggunakan sarana media tanam, pupuk, dan
pestisida yang berasal dari bahan organik non kimiawi. Tanaman
organik yang dapat dibudidayakan dan sesuai dengan sistem vertikultur
adalah jenis tanaman sayur-sayuran dan tanaman obat-obatan yang memiliki
perakaran yang dangkal dan memiliki berat yang relatif ringan sehingga
tidak akan terlalu membebani media tanam vertikultur pada pertumbuhan
tanaman tersebut.
Vertikultur diserap dari bahasa Inggris yang berasal dari kata vertical dan culture yang artinya, teknik budidaya tanaman secara vertikal diruang sempit dengan memanfaatkan bidang sebagai tempat bercocok tanam, sehingga penanamannya menggunakan sistem budidaya pertanian secara bertingkat baik indoor maupun outdoor. Tujuan utama aplikasi teknik vertikultur adalah memanfaatkan lahan sempit seoptimal mungkin (Agus Andoko, 2004).
Tidak semua tanaman dapat dibudidayakan
dengan prinsip kerja penanaman secara vertikultur. Menurut Soeparwan
Soeleman dan Donor Rahayu, dalam bukunya Halaman Organik(2013),
vertikultur untuk tanaman hias pendekatannya agak berbeda dengan
vertikultur tanaman produktif. Karena tanaman produktif mengutamakan
faktor jangkauan untuk memudahkan proses merawat dan memanen. Jika harus
membuat vertikultur yang tidak terjangkau, area tersebut disarankan
untuk kebutuhan tanaman herbal usia panjang atau tanaman hias. Satu hal
penting untuk menentukan lokasi vertikultur yaitu pilih lokasi yang
mendapatkan cahaya matahari yang cukup, khususnya matahari pada pagi
hari. Untuk vertikultur yang dapat dipindah-pindahkan biasanya cara
pemasangannya tidak disandarkan di tembok, tetapi berdiri sendiri(free stand), seperti penggunaan pipa paralon atau bahan lainnya.
Tujuan dari teknik penanaman secara vertikultur menurut Badan
Penyuluhan Departemen Pertanian (Deptan) Kab.Ponorogo yakni untuk
memanfaatkan lahan sempit yang tidak produktif menjadi lahan sempit yang
produktif dengan aplikasi vertikultur, menghemat pengeluaran dengan
cara memiliki tanaman sayuran sendiri, menambah nilai estetika lahan
pekarangan, dan dapat sebagai variasi pelengkap tiang rumah utama.
Model, bahan, ukuran, wadah vertikultur sangat banyak, tinggal
disesuaikan dengan kondisi dan keinginan pribadi. Pada umumnya adalah
berbentuk persegi panjang, segi tiga, atau dibentuk mirip anak tangga,
dengan beberapa undak-undakan atau sejumlah rak. Bahan dapat berupa
bambu atau pipa paralon, kaleng bekas, bahkan lembaran karung
beras sekalipun, karena salah satu filosofi dari vertikultur adalah
memanfaatkan benda-benda bekas di sekitar kita.
Persyaratan vertikultur adalah kuat dan mudah dipindah-pindahkan.
Tanaman yang akan ditanam sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan
memiliki nilai ekonomis tinggi, berumur pendek, dan berakar pendek.
Tanaman sayuran yang sering dibudidayakan secara vertikultur antara
lain selada, kangkung, bayam, katuk, kemangi, tomat, pare, kacang
panjang, mentimun dan tanaman sayuran lainnya.
Untuk tujuan komersial, pengembangan vertikultur ini perlu
dipertimbangkan aspek ekonomisnya agar biaya produksi jangan sampai
melebihi pendapatan dari hasil penjualan tanaman. Sedangkan untuk hobi,
vertikultur dapat dijadikan sebagai media kreativitas dan memperoleh
panenan yang sehat dan berkualitas.
Namun, terdapat pula tiga aspek yang harus dipersiapkan dalam budidaya
tanaman organik secara vertikultur, yaitu: pembuatan paralon
vertikultur, penyiapan dan penggunaan pupuk organik, serta penanaman dan
pemeliharaan.
Media tanam merupakan tempat tumbuhnya tanaman untuk menunjang
perakaran. Dari media tanam inilah tanaman menyerap makanan berupa
unsur hara melalui akarnya. Media tanam yang digunakan adalah campuran
antara tanah, pupuk kompos, dan sekam. Setelah semua bahan
terkumpul, dilakukan pencampuran hingga merata. Tanah memiliki
kemampuan untuk mengikat unsur hara, dan melalui air unsur hara dapat
diserap oleh akar tanaman. Sekam berfungsi untuk menampung air di dalam
tanah sedangkan kompos menjamin tersedianya bahan penting yang akan
diuraikan menjadi unsur hara yang diperlukan tanaman.
Campuran media tanam kemudian dimasukkan ke dalam paralon yang
telah dibuat atau bambu hingga penuh. Sebelumnya wadah tersebut juga
harus diberi lubang-lubang kecil pada bagian-bagiannya maksimal 10
lubang. Untuk memastikan tidak ada ruang kosong, dapat digunakan bambu
kecil atau kayu untuk mendorong tanah hingga ke dasar wadah. Media tanam
di dalam bambu diusahakan agar tidak terlalu padat supaya air
mudah mengalir dan akar tanaman tidak kesulitan bernafas, sehingga
ruang tidak terlalu renggang dan ada keleluasaan dalam mempertahankan
air dan menjaga kelembaban.
Bibit tanaman yang dipindahkan ke wadah vertikultur harus
berumur lebih dari satu bulan dan sudah memiliki akar-akar halus.
Karena hanya memiliki total maksimal sebanyak 10 lubang tanam
dari sebuah pipa baralon atau bambu, maka cukup leluasa untuk
memilih 10 bibit terbaik. Sebelum bibit-bibit ditanam di wadah
bambu, terlebih dahulu menyiramkan air ke dalamnya, ditandai
dengan menetesnya air keluar dari lubang-lubang tanam. Setelah
cukup, baru mulai menanam bibit satu demi satu. Semua bagian akar dari
setiap bibit harus masuk ke dalam tanah. Setiap jenis bibit
dikelompokkan di wadah terpisah.
Tanaman juga memerlukan perawatan, seperti halnya makhluk hidup
yang lain. Selain penyiraman dilakukan setiap hari juga perlu pemupukan,
dan juga pengendalian hama penyakit. Sebaiknya pupuk yang digunakan
adalah pupuk organik seperti pupuk kompos dan pupuk kandang.
Pemanenan sayuran biasanya dilakukan dengan cara akar yang dicabut
seperti pada tanaman sayuran yakni sawi, bayam, seledri, kemangi,
selada, kangkung dan sebagainya. Apabila kita punya tanaman
sendiri dan dikonsumsi sendiri akan lebih menghemat apabila panen
dilakukan dengan mengambil daunnya saja. Dengan cara tersebut tanaman
sayuran bisa bertahan lebih lama dan bisa panen berulang-ulang.
Dari hal-hal tersebut dapat diketahui bahwa tidak selamanya hidup di
perkotaan yang memiliki lahan terbatas, juga dapat membatasi seseorang
untuk mengembangkan minatnya dalam bidang budidaya pertanian khususnya
pada tanaman organik. Dengan adanya inovasi sistem pertanian terbaru
seperti sistem tanam vertikultur ini, siapapun dapat melakukannya tanpa
perlu menghabiskan banyak uang, waktu dan tenaga, dalam pemeliharaan
tanaman organik tersebut. Belum lagi, sistem ini juga dapat menghemat
kapasitas persediaan air, karena pemakaian air yang digunakan hanya
sedikit dalam suatu wadah.
Source: http://green.kompasiana.com/penghijauan/2014/05/08/sistem-tanam-vertikultur-bagi-tanaman-organik-654915.html
Image: http://www.ayoberkebun.com/wp-content/uploads/2013/03/teknik-vertikultur.png
Atasi Wereng, Pemkab Uji Coba Varietas Baru
Kamis, 19 Juni 2014 03:00 WIB | Ayu Abriani/JIBI/Solopos
|
Ilustrasi hama wereng (Dok/JIBI)
Solopos.com, KLATEN-Serangan hama wereng yang masih
menjadi momok di Klaten membuat Pemkab harus mencari solusi untuk
menekan masalah tersebut. Salah satunya dengan uji coba varietas bibit
baru dan penggunaan pupuk organik dengan menggandeng beberapa perguruan
tinggi.
Untuk uji coba tersebut, saat ini Dinas Pertanian (Dispertan) Klaten
menyiapkan tujuh hektare lahan yang akan menjadi lokasi percobaan
tersebut. Di dalam percobaan itu, Dispertan menggandeng Institut
Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogja.
Bupati Klaten, Sunarna, mengatakan beberapa tahun terakhir ia
mendapat keluhan dari para petani di wilayah Klaten tentang serangan
hama wereng dan tikus. Hal itu membuat produksi panen berkurang dan
dikhawatirkan bisa mengancam persediaan pangan di Klaten.
“Keluhan dari para petani ini harus dicarikan jalan keluar agar
mereka bisa bercocok tanam dengan tenang. Kami akan berupaya mencari
solusinya untuk menekan serangan hama dan penyakit seperti menemukan
varietas padi yang cocok dengan penggunaan pupuk organik. Kami dibantu
tenaga ahli dan pakar pertanian dari UGM dan IPB,” katanya kepada
wartawan di sela-sela meninjau lokasi percontohan di wilayah Kecamatan
Klaten Tengah, Rabu (18/6/2014).
Tidak hanya bibit yang akan menjadi bahan penelitian, tetapi
penggunaan pupuk organik juga akan dimasukkan dalam kegiatan tersebut.
Menurut Bupati, pupuk menjadi faktor penting dalam meningkatkan
produktivitas dan ketahanan tanaman padi yang ditanam petani.
“Nantinya, pertumbuhan padi yang sudah ditanam ini akan dicek secara
rutin untuk evaluasi. Kalau ada kekurangan bisa langsung ditangani. Kami
harap percobaan pertama ini bisa menampakkan hasil sehingga bisa
disempurnakan lagi,” tuturnya.
Pupuk Kimia
Sementara itu, Kasi Produksi Dispertan Klaten, Lilik Nugraharja, mengatakan di dalam percobaan itu ada tanaman padi yang dipupuk kimia dan organik sebagai pembanding. Sedangkan tanaman padi yang ditanam yakni jenis 64. Nantinya, hasil panen akan diuji lagi dengan sistem yang berbeda.
Sementara itu, Kasi Produksi Dispertan Klaten, Lilik Nugraharja, mengatakan di dalam percobaan itu ada tanaman padi yang dipupuk kimia dan organik sebagai pembanding. Sedangkan tanaman padi yang ditanam yakni jenis 64. Nantinya, hasil panen akan diuji lagi dengan sistem yang berbeda.
“Jadi, dalam percontohan ini, ada dua pupuk yang digunakan yakni
pupuk kimia dan organik. Kami berharap bisa didapat hasil tanaman padi
yang tidak disukai hama tetapi enak dikonsumsi manusia. Sebab, biasanya
padi yang tidak ada hamanya, rasanya juga tidak enak,” katanya saat
ditemui wartawan di sela-sela meninjau lokasi percontohan bersama
Bupati.
Source : http://www.solopos.com/2014/06/19/pertanian-klaten-atasi-wereng-pemkab-uji-coba-varietas-baru-514150
Nama : Naventari
NIM : 13398
Kelompok : V (Lima)
Golongan : A3.2
Nama : Naventari
NIM : 13398
Kelompok : V (Lima)
Golongan : A3.2
Varietas Unggul Padi Hasil Mutasi Radiasi
Advertorial - detikfinance
Jumat, 06/12/2013 00:00 WIB
Beberapa macam varietas unggul bermutu, hasil riset iptek nuklir BATAN
Jakarta -Untuk mempertahankan kualitas varietas yang
disukai petani, Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi, Badan
Tenaga Nuklir Nasional (PATIR - BATAN) melakukan teknik kombinasi
persilangan dan iradiasi pada varietas IR-36, IR-64, dan IR-74 dengan
varietas padi hasil mutasi radiasi yang telah dihasilkan BATAN
sebelumnya, yaitu Atomita-1, Atomita-2, Atomita-3, Atomita-4, dan
Cilosari. Selain itu, juga dilakukan teknik iradiasi terhadap varietas
Cisantana, Diah Suci, Cimelati, dan varietas lokal Pandanwangi (Cianjur)
dan Super Win (Sulawesi Utara). Dari pemanfaatan teknik tersebut telah
diperoleh galur-galur harapan baru yang mempunyai sifat unggul yang
dikehendaki. Setelah melalui uji multilokasi untuk mengetahui tingkat
keunggulannya, galur-galur harapan tersebut kemudian dilepas sebagai
varietas unggul baru.
BATAN hingga tahun 2013 telah melepas 20 varietas unggul padi untuk program peningkatan produktivitas pangan bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia dan telah disertifikasi oleh Kementerian Pertanian. Dari 20 varietas unggul tersebut, 19 varietas diantaranya untuk lahan sawah irigasi dengan nama Atomita-1 sampai Atomita-4, Cilosari, Woyla, Meraoke, Kahayan, Winongo, Diah Suci, Yuwono, Mayang, Mira-1, Bestari, Inpari Sidenuk, Inpari Mugibat, termasuk tiga varietas lokal yakni Pandanputri, Suluttan Unsrat 1, dan Suluttan Unsrat 2, serta satu varietas padi gogo dengan nama Situgintung.
Padi varietas Mira-1 adalah hasil seleksi pedigree dari penyinaran benih varietas Cisantana dengan sinar Gamma 60Co dengan dosis 0,20 kGy, kegiatan laboratorium dilakukan di PATIR-BATAN di Pasar Jumat pada tahun 2000. Benih M1 ditanam di Pusakanagara Subang dan dipanen satu malai setiap tanaman. Semua tanaman M1 ditanam sebagai tanaman M2 masing-masing sebanyak 30 tanaman setiap malai. Seleksi pedigree terhadap tanaman M2 dilakukan dan diperoleh 15 galur yang mempunyai sifat agronomi berbeda dengan varietas Cisantana yaitu ujung gabah tidak berbulu. Setelah dilakukan pemurnian beberapa generasi dan pengujian terhadap hama wereng coklat serta penyakit hawar daun serta pengujian daya hasil diperoleh galur mutan 1688/PSJ yang mempunyai produksi tinggi, tahan hama wereng biotipe 2 dan agak tahan biotipe 3 serta tahan terhadap penyakit hawar daun strain III dan agak tahan strain IV, berumur genjah dengan tekstur nasi pulen serta mutu dan kualitas beras bagus.
Padi varietas Bestari berasal dari galur-galur mutan iradiasi padi varietas Cisantana dengan sinar gamma dosis 0,2 kGy. Seleksi galur mutan terbaik yang telah dilakukan terutama untuk meningkatkan hasil panen, baik secara kuantitas maupun kualitas dilihat dari kandungan amilosa serta ketahanan terhadap hama dan penyakit. Salah satu mutan yang paling unggul adalah mutan dengan nomor seleksi Obs-1692/PsJ, dimana produktivitasnya tinggi, berumur genjah, tekstur nasinya pulen, tahan hama wereng coklat biotipe 1 dan 2 serta agak tahan biotipe 3. Selain itu juga tahan terhadap penyakit hawar daun strain III dan agak tahan terhadap strain IV. Setelah dilakukan uji multilokasi pada 28 lokasi, mutan ini kemudian dilepas oleh Menteri Pertanian pada tanggal 28 Juli 2008 dan diberi nama Bestari dengan sertifikat No. 1012/Kpts/SR.120/7/2008.
Padi verietas Inpari Sidenuk berasal dari singkatan Inbrida Padi Irigasi Dedikasi Nuklir adalah benih padi yang saat ini menjadi pilihan petani. Petani lebih suka menyebutnya dengan Sidenok. Varietas itu dirilis Mei 2011 lalu berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 2257/Kpts/SR.120/2011. Benih ini sempat menyita perhatian para pengunjung Pameran Pembangunan Pertanian Nasional 2011 dalam Pekan Nasional Kontak Tani Nelayan Andalan (Penas KTNA) XIII yang berlangsung di Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur dikarenakan memiliki umur tanam yang cukup pendek yaitu 103 hari dan memiliki potensi hasil 9,1 ton gabah kering giling perhektarnya.
Inpari Sidenuk adalah hasil dari iradiasi sinar Gamma 0,20 kGy pada benih Diah Suci yang merupakan hasil persilangan Cilosari dengan IR-74 yang kemudian dimutasikan dengan cara iradiasi. Memiliki cita rasa pulen, berumur genjah dan juga tahan akan serangan hama wereng coklat strain 1, 2 dan 3, tahan akan serangan penyakit bakteri hawar daun strain 3 dan agak tahan strain 4.
Padi varietas Inpari Mugibat adalah singkatan dari Mutasi Unggul Iradiasi BATAN, adalah benih padi unggul teranyar yang dihasilkan oleh Pemulia BATAN, Prof. Dr. Mugiono. Varietas ini merupakan hasil mutasi dari varietas Cimelati yang dilepas Balai Besar Padi Kementerian Pertanian pada tahun 2003. Inpari Mugibat juga punya rasa pulen, tahan wereng, dan penyakit hawar daun.
BATAN saat ini terus melakukan upaya pengembangan varietas padi. Salah satu tujuannya adalah menciptakan padi unggul sehingga mampu mengatasi tantangan ketahanan pangan. Iradiasi adalah salah satu cara menciptakan keanekaragaman yang teknologinya sudah siap. Selain itu, BATAN juga berupaya untuk memberikan sosialisasi pada masyarakat bahwa nuklir tidak selalu berdampak buruk. Pengembangan varietas padi dengan teknik mutasi radiasi adalah salah satu contoh manfaat nuklir.
(adv/adv)
BATAN hingga tahun 2013 telah melepas 20 varietas unggul padi untuk program peningkatan produktivitas pangan bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia dan telah disertifikasi oleh Kementerian Pertanian. Dari 20 varietas unggul tersebut, 19 varietas diantaranya untuk lahan sawah irigasi dengan nama Atomita-1 sampai Atomita-4, Cilosari, Woyla, Meraoke, Kahayan, Winongo, Diah Suci, Yuwono, Mayang, Mira-1, Bestari, Inpari Sidenuk, Inpari Mugibat, termasuk tiga varietas lokal yakni Pandanputri, Suluttan Unsrat 1, dan Suluttan Unsrat 2, serta satu varietas padi gogo dengan nama Situgintung.
Padi varietas Mira-1 adalah hasil seleksi pedigree dari penyinaran benih varietas Cisantana dengan sinar Gamma 60Co dengan dosis 0,20 kGy, kegiatan laboratorium dilakukan di PATIR-BATAN di Pasar Jumat pada tahun 2000. Benih M1 ditanam di Pusakanagara Subang dan dipanen satu malai setiap tanaman. Semua tanaman M1 ditanam sebagai tanaman M2 masing-masing sebanyak 30 tanaman setiap malai. Seleksi pedigree terhadap tanaman M2 dilakukan dan diperoleh 15 galur yang mempunyai sifat agronomi berbeda dengan varietas Cisantana yaitu ujung gabah tidak berbulu. Setelah dilakukan pemurnian beberapa generasi dan pengujian terhadap hama wereng coklat serta penyakit hawar daun serta pengujian daya hasil diperoleh galur mutan 1688/PSJ yang mempunyai produksi tinggi, tahan hama wereng biotipe 2 dan agak tahan biotipe 3 serta tahan terhadap penyakit hawar daun strain III dan agak tahan strain IV, berumur genjah dengan tekstur nasi pulen serta mutu dan kualitas beras bagus.
Padi varietas Bestari berasal dari galur-galur mutan iradiasi padi varietas Cisantana dengan sinar gamma dosis 0,2 kGy. Seleksi galur mutan terbaik yang telah dilakukan terutama untuk meningkatkan hasil panen, baik secara kuantitas maupun kualitas dilihat dari kandungan amilosa serta ketahanan terhadap hama dan penyakit. Salah satu mutan yang paling unggul adalah mutan dengan nomor seleksi Obs-1692/PsJ, dimana produktivitasnya tinggi, berumur genjah, tekstur nasinya pulen, tahan hama wereng coklat biotipe 1 dan 2 serta agak tahan biotipe 3. Selain itu juga tahan terhadap penyakit hawar daun strain III dan agak tahan terhadap strain IV. Setelah dilakukan uji multilokasi pada 28 lokasi, mutan ini kemudian dilepas oleh Menteri Pertanian pada tanggal 28 Juli 2008 dan diberi nama Bestari dengan sertifikat No. 1012/Kpts/SR.120/7/2008.
Padi verietas Inpari Sidenuk berasal dari singkatan Inbrida Padi Irigasi Dedikasi Nuklir adalah benih padi yang saat ini menjadi pilihan petani. Petani lebih suka menyebutnya dengan Sidenok. Varietas itu dirilis Mei 2011 lalu berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 2257/Kpts/SR.120/2011. Benih ini sempat menyita perhatian para pengunjung Pameran Pembangunan Pertanian Nasional 2011 dalam Pekan Nasional Kontak Tani Nelayan Andalan (Penas KTNA) XIII yang berlangsung di Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur dikarenakan memiliki umur tanam yang cukup pendek yaitu 103 hari dan memiliki potensi hasil 9,1 ton gabah kering giling perhektarnya.
Inpari Sidenuk adalah hasil dari iradiasi sinar Gamma 0,20 kGy pada benih Diah Suci yang merupakan hasil persilangan Cilosari dengan IR-74 yang kemudian dimutasikan dengan cara iradiasi. Memiliki cita rasa pulen, berumur genjah dan juga tahan akan serangan hama wereng coklat strain 1, 2 dan 3, tahan akan serangan penyakit bakteri hawar daun strain 3 dan agak tahan strain 4.
Padi varietas Inpari Mugibat adalah singkatan dari Mutasi Unggul Iradiasi BATAN, adalah benih padi unggul teranyar yang dihasilkan oleh Pemulia BATAN, Prof. Dr. Mugiono. Varietas ini merupakan hasil mutasi dari varietas Cimelati yang dilepas Balai Besar Padi Kementerian Pertanian pada tahun 2003. Inpari Mugibat juga punya rasa pulen, tahan wereng, dan penyakit hawar daun.
BATAN saat ini terus melakukan upaya pengembangan varietas padi. Salah satu tujuannya adalah menciptakan padi unggul sehingga mampu mengatasi tantangan ketahanan pangan. Iradiasi adalah salah satu cara menciptakan keanekaragaman yang teknologinya sudah siap. Selain itu, BATAN juga berupaya untuk memberikan sosialisasi pada masyarakat bahwa nuklir tidak selalu berdampak buruk. Pengembangan varietas padi dengan teknik mutasi radiasi adalah salah satu contoh manfaat nuklir.
(adv/adv)
Source : http://finance.detik.com/read/2013/12/04/084417/2431818/911/varietas-unggul-padi-hasil-mutasi-radiasi
Nama : Umi Salamah
NIM : 13164
Kelompok : V (Lima)
Golongan : A3.2
Nama : Umi Salamah
NIM : 13164
Kelompok : V (Lima)
Golongan : A3.2
Praktikum DPKP Golongan A3.2 Kelompok V
Blog ini dibuat untuk memenuhi tugas praktikum Dasar-Dasar Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian. Enjoy :D
Langganan:
Postingan (Atom)