Selasa, 14 Oktober 2014

Ini sedikit ada beberapa foto ketika kami memberikan penyuluhan kepada salah seorang petani tebu di daerah Kalasan. Dari kami kelompok 5 Praktikum DPKP Golongan A3.2. :)














 Sekian dari kami. Terima kasih :)



Jumat, 19 September 2014

Butuh Sayur, Hidroponik Alternatif Solusinya

   Melihat, mendengar dan membaca berita-berita di berbagai media massa, baik elektronik maupun media cetak bagaimana masalah-masalah pangan sering menjadi pemberitaan yang diulas, bagaimana masalah pertumbuhan penduduk yang semakin tidak terkendali, tidak diimbangi dengan pertumbuhan lahan pertanian sebagai suplai pangan, terlebih semakin tingginya permintaan akan pangan terutama sayuran segar dan kesadaran masyarakat akan konsumsi sayuran sehat meningkat. Salah satu solusinya adalah berbudidaya secara hidroponik yang mulai muncul sebagai alternatif pertanian lahan terbatas. Sistem budidaya hidroponik kini telah menampakkan hasil yang cukup signifikan pada tingkat peneliti meskipun ditingkat petani masih terbatas penerapannya.
Hidroponik berasal dari bahasa Yunani yaitu hydro yang berarti air, dan ponos yang berarti daya . Dalam bahasa inggris “Hydroponic” juga dikenal dengan istilah soilless culture, atau bisa diartikan sebagai budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah sama sekali. Media tanah diganti dengan berbagai media tanam baik organik seperti sekam bakar, cocopeat, serbuk gergaji, akar pakis, maupun anorganik seperti rockwool, busa, batu bata, pasir, clay, maupun hydrogel. Berbagai media yang digunakan bukanlah tanah, sehingga nutrisi yang diperlukan tanaman berbentuk larutan. Kelebihan budidaya secara hidroponik ini selain dapat dibudidayakan di lahan yang terbatas, juga rasanya yang lebih renyah dikarenakan dibudidaya secara tertutup dan tidak menggunakan pestisida, selain kebutuhan yang ada tersebut, ada beberapa kekurangan seperti biaya investasi awal dalam pembelian kit hidroponik yang cukup tinggi dan juga ada beberapa sistem yang memerlukan listrik dalam pengoperasiannya.
Perkembangan teknologi budidaya hidroponik ini mendapat perhatian dari Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan melalui UPTB Bapeltan Kalimantan Timur yang merupakan lembaga pemberi fasilitas dan pengajaran bagi SDM pertanian khususnya di lingkup pertanian Kalimantan Timur. Penyuluh pertanian di kalimantan timur merupakan salah satu lembaga atau ujung tombak dalam kemajuan di sektor pertanian, maka perlu ditingkatkan kemampuan dari segi SDM khususnya Teknologi Budidaya Hidroponik (sayur-sayuran) sehingga UPTB Bapeltan Kalimantan Timur menyelenggarakan pelatihan budidaya tanaman hortikultura secara hidroponik bagi penyuluh pada tanggal 25-31 Agustus 2013.
Tujuan penyelenggaraan pelatihan budidaya tanaman hortikultura secara hidroponik adalah untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap bagi penyuluh sebagai pendamping petani tentang budidaya tanaman hidroponik dalam hal ini sayur-sayuran, selain itu diharapkan mampu memberikan motivasi kepada petani di wilayah kerjanya, agar dapat melaksanakan budidaya tanaman hidroponik sehingga pendapatan keluarga tani dapat meningkat.

Sumber : http://bapeltankaltim.com/butuh-sayur-hidroponik-alternatif-solusinya/  (10 Maret 2014)

Sistem Tanam Vertikultur bagi Tanaman Organik

    


    Pada saat ini, lahan di perkotaan sudah mulai terbatas, sehingga masyarakat di perkotaan mulai kekurangan ruang untuk bersentuhan dengan budidaya pertanian. Maka dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin meningkat, diciptakan sistem inovasi pertanian baru dengan pola tanam ke atas yaitu vertikultur. Sistem  budidaya  pertanian  secara  vertikal atau bertingkat ini merupakan konsep penghijauan yang cocok untuk daerah dengan  lahan  terbatas.  Misalnya,  lahan  1  meter mungkin  hanya  bisa  untuk menanam  5 batang  tanaman,  dengan  sistem  vertikal  bisa  untuk  20  batang  tanaman.  Sementara itu, vertikultur organik adalah budidaya tanaman secara vertikal dengan menggunakan sarana media tanam, pupuk, dan pestisida yang berasal dari bahan organik non kimiawi. Tanaman organik yang dapat dibudidayakan dan sesuai dengan sistem vertikultur adalah jenis tanaman sayur-sayuran dan tanaman obat-obatan yang memiliki perakaran yang dangkal dan memiliki berat yang relatif ringan sehingga tidak akan terlalu membebani media tanam vertikultur pada pertumbuhan tanaman tersebut.
    Vertikultur diserap dari bahasa Inggris yang berasal dari kata vertical dan culture yang artinya, teknik budidaya tanaman secara vertikal diruang sempit dengan memanfaatkan bidang sebagai tempat bercocok tanam, sehingga penanamannya menggunakan sistem budidaya pertanian secara bertingkat baik  indoor  maupun  outdoor. Tujuan utama aplikasi teknik vertikultur adalah memanfaatkan lahan sempit seoptimal mungkin (Agus Andoko, 2004).
    Tidak semua tanaman dapat dibudidayakan dengan prinsip kerja penanaman secara vertikultur.  Menurut Soeparwan Soeleman dan Donor Rahayu, dalam bukunya Halaman Organik(2013), vertikultur untuk tanaman hias pendekatannya agak berbeda dengan vertikultur tanaman produktif. Karena tanaman produktif mengutamakan faktor jangkauan untuk memudahkan proses merawat dan memanen. Jika harus membuat vertikultur yang tidak terjangkau, area tersebut disarankan untuk kebutuhan tanaman herbal usia panjang atau tanaman hias. Satu hal penting untuk menentukan lokasi vertikultur yaitu pilih lokasi yang mendapatkan cahaya matahari yang cukup, khususnya matahari pada pagi hari. Untuk vertikultur yang dapat dipindah-pindahkan biasanya cara pemasangannya tidak disandarkan di tembok, tetapi berdiri sendiri(free stand), seperti penggunaan pipa paralon atau bahan lainnya.
   Tujuan dari teknik penanaman secara vertikultur menurut Badan Penyuluhan Departemen Pertanian (Deptan) Kab.Ponorogo yakni untuk memanfaatkan lahan sempit yang tidak produktif menjadi lahan sempit yang produktif dengan aplikasi vertikultur, menghemat pengeluaran dengan cara memiliki tanaman sayuran sendiri, menambah nilai estetika lahan pekarangan, dan dapat sebagai variasi pelengkap tiang rumah utama.
     Model,  bahan,  ukuran,  wadah  vertikultur  sangat  banyak, tinggal  disesuaikan dengan kondisi dan keinginan pribadi. Pada umumnya adalah berbentuk persegi panjang, segi tiga, atau dibentuk mirip anak tangga, dengan beberapa undak-undakan atau sejumlah rak.  Bahan  dapat  berupa  bambu  atau  pipa  paralon, kaleng  bekas,  bahkan  lembaran karung beras sekalipun, karena salah satu filosofi dari vertikultur adalah memanfaatkan benda-benda bekas di sekitar kita.
   Persyaratan  vertikultur  adalah  kuat  dan mudah  dipindah-pindahkan. Tanaman yang akan ditanam sebaiknya  disesuaikan dengan kebutuhan dan memiliki nilai ekonomis tinggi, berumur  pendek, dan berakar pendek. Tanaman sayuran yang sering dibudidayakan secara vertikultur antara lain  selada, kangkung, bayam, katuk, kemangi, tomat, pare, kacang panjang, mentimun  dan tanaman sayuran lainnya.
    Untuk  tujuan  komersial,  pengembangan  vertikultur  ini  perlu  dipertimbangkan aspek ekonomisnya agar biaya produksi jangan sampai melebihi pendapatan dari hasil penjualan tanaman. Sedangkan untuk hobi, vertikultur dapat dijadikan sebagai media kreativitas dan memperoleh panenan yang sehat dan berkualitas.
Namun, terdapat pula tiga aspek yang harus dipersiapkan dalam budidaya tanaman organik secara vertikultur, yaitu: pembuatan paralon vertikultur, penyiapan dan penggunaan pupuk organik, serta penanaman dan pemeliharaan.
    Media  tanam  merupakan  tempat  tumbuhnya  tanaman  untuk  menunjang perakaran. Dari media tanam inilah tanaman  menyerap makanan berupa unsur hara melalui akarnya. Media tanam yang  digunakan adalah campuran antara tanah, pupuk kompos,  dan  sekam.  Setelah  semua  bahan  terkumpul, dilakukan  pencampuran  hingga  merata.  Tanah  memiliki kemampuan untuk mengikat unsur hara, dan melalui air unsur hara dapat diserap oleh akar tanaman. Sekam berfungsi untuk menampung air di dalam tanah sedangkan kompos menjamin tersedianya bahan penting yang akan diuraikan menjadi unsur hara yang diperlukan tanaman.
    Campuran  media  tanam  kemudian  dimasukkan  ke  dalam  paralon yang telah dibuat atau bambu hingga penuh. Sebelumnya wadah tersebut juga harus diberi lubang-lubang kecil pada bagian-bagiannya maksimal 10 lubang. Untuk memastikan tidak ada ruang kosong, dapat digunakan bambu kecil atau kayu untuk mendorong tanah hingga ke dasar wadah. Media tanam di dalam  bambu  diusahakan  agar  tidak  terlalu  padat  supaya  air  mudah  mengalir dan akar tanaman tidak kesulitan bernafas, sehingga ruang tidak terlalu renggang dan ada keleluasaan dalam mempertahankan air dan menjaga kelembaban.
      Bibit  tanaman  yang  dipindahkan  ke  wadah  vertikultur  harus  berumur  lebih dari satu bulan dan sudah memiliki akar-akar halus. Karena hanya memiliki total maksimal sebanyak 10 lubang tanam  dari sebuah pipa baralon atau bambu,  maka  cukup  leluasa  untuk  memilih  10  bibit  terbaik. Sebelum  bibit-bibit  ditanam  di  wadah  bambu,  terlebih  dahulu  menyiramkan  air  ke dalamnya,  ditandai  dengan  menetesnya air  keluar  dari  lubang-lubang tanam. Setelah cukup,  baru  mulai menanam bibit satu demi satu. Semua bagian akar dari setiap bibit harus masuk ke dalam tanah. Setiap jenis bibit dikelompokkan di wadah terpisah.
     Tanaman  juga  memerlukan  perawatan,  seperti  halnya  makhluk  hidup  yang lain. Selain penyiraman dilakukan setiap hari juga perlu pemupukan, dan juga pengendalian hama penyakit. Sebaiknya  pupuk  yang  digunakan  adalah  pupuk  organik  seperti  pupuk kompos dan pupuk kandang. Pemanenan  sayuran  biasanya  dilakukan  dengan  cara akar yang dicabut seperti pada tanaman sayuran yakni sawi,  bayam, seledri,  kemangi,  selada,  kangkung  dan  sebagainya.  Apabila  kita  punya  tanaman sendiri dan dikonsumsi sendiri akan lebih menghemat apabila panen dilakukan dengan mengambil  daunnya  saja. Dengan cara tersebut tanaman sayuran bisa bertahan lebih lama dan bisa panen berulang-ulang.
     Dari hal-hal tersebut dapat diketahui bahwa tidak selamanya hidup di perkotaan yang memiliki lahan terbatas, juga dapat membatasi seseorang untuk mengembangkan minatnya dalam bidang budidaya pertanian khususnya pada tanaman organik. Dengan adanya inovasi sistem pertanian terbaru seperti sistem tanam vertikultur ini, siapapun dapat melakukannya tanpa perlu menghabiskan banyak uang, waktu dan tenaga, dalam pemeliharaan tanaman organik tersebut. Belum lagi, sistem ini juga dapat menghemat kapasitas persediaan air, karena pemakaian air yang digunakan hanya sedikit dalam suatu wadah.

Source: http://green.kompasiana.com/penghijauan/2014/05/08/sistem-tanam-vertikultur-bagi-tanaman-organik-654915.html 
Image: http://www.ayoberkebun.com/wp-content/uploads/2013/03/teknik-vertikultur.png

Atasi Wereng, Pemkab Uji Coba Varietas Baru

Kamis, 19 Juni 2014 03:00 WIB | Ayu Abriani/JIBI/Solopos |  

Ilustrasi hama wereng (Dok/JIBI)
Ilustrasi hama wereng (Dok/JIBI)

Solopos.com, KLATEN-Serangan hama wereng yang masih menjadi momok di Klaten membuat Pemkab harus mencari solusi untuk menekan masalah tersebut. Salah satunya dengan uji coba varietas bibit baru dan penggunaan pupuk organik dengan menggandeng beberapa perguruan tinggi.
Untuk uji coba tersebut, saat ini Dinas Pertanian (Dispertan) Klaten menyiapkan tujuh hektare lahan yang akan menjadi lokasi percobaan tersebut. Di dalam percobaan itu, Dispertan menggandeng Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogja.
Bupati Klaten, Sunarna, mengatakan beberapa tahun terakhir ia mendapat keluhan dari para petani di wilayah Klaten tentang serangan hama wereng dan tikus. Hal itu membuat produksi panen berkurang dan dikhawatirkan bisa mengancam persediaan pangan di Klaten.
“Keluhan dari para petani ini harus dicarikan jalan keluar agar mereka bisa bercocok tanam dengan tenang. Kami akan berupaya mencari solusinya untuk menekan serangan hama dan penyakit seperti menemukan varietas padi yang cocok dengan penggunaan pupuk organik. Kami dibantu tenaga ahli dan pakar pertanian dari UGM dan IPB,” katanya kepada wartawan di sela-sela meninjau lokasi percontohan di wilayah Kecamatan Klaten Tengah, Rabu (18/6/2014).
Tidak hanya bibit yang akan menjadi bahan penelitian, tetapi penggunaan pupuk organik juga akan dimasukkan dalam kegiatan tersebut. Menurut Bupati, pupuk menjadi faktor penting dalam meningkatkan produktivitas dan ketahanan tanaman padi yang ditanam petani.
“Nantinya, pertumbuhan padi yang sudah ditanam ini akan dicek secara rutin untuk evaluasi. Kalau ada kekurangan bisa langsung ditangani. Kami harap percobaan pertama ini bisa menampakkan hasil sehingga bisa disempurnakan lagi,” tuturnya.
Pupuk Kimia
Sementara itu, Kasi Produksi Dispertan Klaten, Lilik Nugraharja, mengatakan di dalam percobaan itu ada tanaman padi yang dipupuk kimia dan organik sebagai pembanding. Sedangkan tanaman padi yang ditanam yakni jenis 64. Nantinya, hasil panen akan diuji lagi dengan sistem yang berbeda.
“Jadi, dalam percontohan ini, ada dua pupuk yang digunakan yakni pupuk kimia dan organik. Kami berharap bisa didapat hasil tanaman padi yang tidak disukai hama tetapi enak dikonsumsi manusia. Sebab, biasanya padi yang tidak ada hamanya, rasanya juga tidak enak,” katanya saat ditemui wartawan di sela-sela meninjau lokasi percontohan bersama Bupati.

Source : http://www.solopos.com/2014/06/19/pertanian-klaten-atasi-wereng-pemkab-uji-coba-varietas-baru-514150

Nama        : Naventari
NIM          : 13398
Kelompok : V (Lima)
Golongan  : A3.2

Varietas Unggul Padi Hasil Mutasi Radiasi

Advertorial - detikfinance
Jumat, 06/12/2013 00:00 WIB

//images.detik.com/content/2013/12/06/911/macamvarietascontent.jpg
Beberapa macam varietas unggul bermutu, hasil riset iptek nuklir BATAN
Jakarta -Untuk mempertahankan kualitas varietas yang disukai petani, Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi, Badan Tenaga Nuklir Nasional (PATIR - BATAN) melakukan teknik kombinasi persilangan dan iradiasi pada varietas IR-36, IR-64, dan IR-74 dengan varietas padi hasil mutasi radiasi yang telah dihasilkan BATAN sebelumnya, yaitu Atomita-1, Atomita-2, Atomita-3, Atomita-4, dan Cilosari. Selain itu, juga dilakukan teknik iradiasi terhadap varietas Cisantana, Diah Suci, Cimelati, dan varietas lokal Pandanwangi (Cianjur) dan Super Win (Sulawesi Utara). Dari pemanfaatan teknik tersebut telah diperoleh galur-galur harapan baru yang mempunyai sifat unggul yang dikehendaki. Setelah melalui uji multilokasi untuk mengetahui tingkat keunggulannya, galur-galur harapan tersebut kemudian dilepas sebagai varietas unggul baru.

BATAN hingga tahun 2013 telah melepas 20 varietas unggul padi untuk program peningkatan produktivitas pangan bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia dan telah disertifikasi oleh Kementerian Pertanian. Dari 20 varietas unggul tersebut, 19 varietas diantaranya untuk lahan sawah irigasi dengan nama Atomita-1 sampai Atomita-4, Cilosari, Woyla, Meraoke, Kahayan, Winongo, Diah Suci, Yuwono, Mayang, Mira-1, Bestari, Inpari Sidenuk, Inpari Mugibat, termasuk tiga varietas lokal yakni Pandanputri, Suluttan Unsrat 1, dan Suluttan Unsrat 2, serta satu varietas padi gogo dengan nama Situgintung.

Padi varietas Mira-1 adalah hasil seleksi pedigree dari penyinaran benih varietas Cisantana dengan sinar Gamma 60Co dengan dosis 0,20 kGy, kegiatan laboratorium dilakukan di PATIR-BATAN di Pasar Jumat pada tahun 2000. Benih M1 ditanam di Pusakanagara Subang dan dipanen satu malai setiap tanaman. Semua tanaman M1 ditanam sebagai tanaman M2 masing-masing sebanyak 30 tanaman setiap malai. Seleksi pedigree terhadap tanaman M2 dilakukan dan diperoleh 15 galur yang mempunyai sifat agronomi berbeda dengan varietas Cisantana yaitu ujung gabah tidak berbulu. Setelah dilakukan pemurnian beberapa generasi dan pengujian terhadap hama wereng coklat serta penyakit hawar daun serta pengujian daya hasil diperoleh galur mutan 1688/PSJ yang mempunyai produksi tinggi, tahan hama wereng biotipe 2 dan agak tahan biotipe 3 serta tahan terhadap penyakit hawar daun strain III dan agak tahan strain IV, berumur genjah dengan tekstur nasi pulen serta mutu dan kualitas beras bagus.

Padi varietas Bestari berasal dari galur-galur mutan iradiasi padi varietas Cisantana dengan sinar gamma dosis 0,2 kGy. Seleksi galur mutan terbaik yang telah dilakukan terutama untuk meningkatkan hasil panen, baik secara kuantitas maupun kualitas dilihat dari kandungan amilosa serta ketahanan terhadap hama dan penyakit. Salah satu mutan yang paling unggul adalah mutan dengan nomor seleksi Obs-1692/PsJ, dimana produktivitasnya tinggi, berumur genjah, tekstur nasinya pulen, tahan hama wereng coklat biotipe 1 dan 2 serta agak tahan biotipe 3. Selain itu juga tahan terhadap penyakit hawar daun strain III dan agak tahan terhadap strain IV. Setelah dilakukan uji multilokasi pada 28 lokasi, mutan ini kemudian dilepas oleh Menteri Pertanian pada tanggal 28 Juli 2008 dan diberi nama Bestari dengan sertifikat No. 1012/Kpts/SR.120/7/2008.

Padi verietas Inpari Sidenuk berasal dari singkatan Inbrida Padi Irigasi Dedikasi Nuklir adalah benih padi yang saat ini menjadi pilihan petani. Petani lebih suka menyebutnya dengan Sidenok. Varietas itu dirilis Mei 2011 lalu berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 2257/Kpts/SR.120/2011. Benih ini sempat menyita perhatian para pengunjung Pameran Pembangunan Pertanian Nasional 2011 dalam Pekan Nasional Kontak Tani Nelayan Andalan (Penas KTNA) XIII yang berlangsung di Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur dikarenakan memiliki umur tanam yang cukup pendek yaitu 103 hari dan memiliki potensi hasil 9,1 ton gabah kering giling perhektarnya.

Inpari Sidenuk adalah hasil dari iradiasi sinar Gamma 0,20 kGy pada benih Diah Suci yang merupakan hasil persilangan Cilosari dengan IR-74 yang kemudian dimutasikan dengan cara iradiasi. Memiliki cita rasa pulen, berumur genjah dan juga tahan akan serangan hama wereng coklat strain 1, 2 dan 3, tahan akan serangan penyakit bakteri hawar daun strain 3 dan agak tahan strain 4.

Padi varietas Inpari Mugibat adalah singkatan dari Mutasi Unggul Iradiasi BATAN, adalah benih padi unggul teranyar yang dihasilkan oleh Pemulia BATAN, Prof. Dr. Mugiono. Varietas ini merupakan hasil mutasi dari varietas Cimelati yang dilepas Balai Besar Padi Kementerian Pertanian pada tahun 2003. Inpari Mugibat juga punya rasa pulen, tahan wereng, dan penyakit hawar daun.

BATAN saat ini terus melakukan upaya pengembangan varietas padi. Salah satu tujuannya adalah menciptakan padi unggul sehingga mampu mengatasi tantangan ketahanan pangan. Iradiasi adalah salah satu cara menciptakan keanekaragaman yang teknologinya sudah siap. Selain itu, BATAN juga berupaya untuk memberikan sosialisasi pada masyarakat bahwa nuklir tidak selalu berdampak buruk. Pengembangan varietas padi dengan teknik mutasi radiasi adalah salah satu contoh manfaat nuklir.


(adv/adv)
Source : http://finance.detik.com/read/2013/12/04/084417/2431818/911/varietas-unggul-padi-hasil-mutasi-radiasi 

Nama        : Umi Salamah
NIM          : 13164
Kelompok : V (Lima)
Golongan  : A3.2

Praktikum DPKP Golongan A3.2 Kelompok V

Blog ini dibuat untuk memenuhi tugas praktikum Dasar-Dasar Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian. Enjoy :D